Tujuan:
Bukan untuk menormalkan suhu melainkan untuk membuat anak merasa agak nyaman dan menurunkan 1 - 2 derajat C.
1. Parasetamol
Asetaminofen merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang telah digunakan sejak tahun 1893. efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen.
Farmakodinamika
Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga berdasarkan efek sentral seperti salisilat.
Farmakokinetik
Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh. Dan dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Parasetamol dikonjugasikan di hati menjadi turunan sulfat dan glukoronida, tetapi ada sebagian kecil dimetabolisme membentuk intermediet aril yang hepatotoksik (menjadi racun untuk hati) jika jumlah zat hepatotoksik ini melebihi kapasitas hati untuk memetabolismenya dengan glutation atau sulfidril lainnya (lebih dari 150 mg/kg).
Obat ini diekskresikan melalui ginjal, sebagian kecil sebagai parasetamol (3%0 dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.
Indikasi
Penggunaannya untuk meredakan demam tidak seluas penggunaannya sebagai analgetik.
Sediaan
Parasetamol tersedia sebagai obat tunggal, berbentuk tablet 500 mg atau sirup yang mengandung 120 mg/5 ml. Selain itu parasetamol terdapat sebagai sediaan kombinasi tetap, dalam bentuk tablet maupun cairan
Dosis
Untuk nyeri dan demam , oral 2-3 dd 0.5-1 g, maks 4 g/hari. Pada penggunaan kronis maks 2.5 g /hari. Anak-anak 4-6 dd 10 mg/kg, yakni rata-rata usia 3-12 bulan 60 mg, 1-4 thn 120-180 mg, 4-6 thn 180 mg, 7-12 thn 240-360 mg. Rektal 20 mg/kg setiap kali, dewasa 4 dd 0.5-1 g, anak-anak usia 3-12 bulan 2-3 dd 120 mg, 1-4 thn 2-3 dd 240 mg, 4-6 thn 4 dd 240 mg dan 7-12 thn 2-3 dd 0.5 g.
Efek samping
Antara lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah. Pada penggunaan kronis dari 3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan hati dan pada dosis diatas 6 g mengakibatkan necrosis hati yang tidak reversibel. Dosis dari 20 g sudah berefek fatal.
Gejala toksisitas :
Anoreksi, mula, muntah serta sakit perut yang terjadi dalam 24 jam pertama. Penanggulangannya dengan cuci lambung, di samping perlu zat penawar (asam amino N-asetilsistein atau metionin) sedini mungkin, sebaiknya dalam 8-10 jam setelah intoksikasi.
Kehamilan dan laktasi.
Wanita hamil dapat menggunakan parasetamol dengan aman, juga selama laktasi walalupun mencapai air susu ibu.
2. Aspirin
Farmakodinamika
Merupakan obat yang paling banyak digunakan sebagai analgesik, anti piretik dan anti-inflamasi. Aspirin dosis terapi bekerja cepat dan efektif sebagai antipiretik.
Farmakokinetik
Pada pemberian oral, diabsorbsi secara cepat dalam bentuk utuh di lambung, tetapi sebagian besar di usus halus bagian atas.
Setelah diabsorbsi, salilisat segera menyebar ke seluruh jaringan tubuh dan cairan transeluler sehingga ditemukan dalam cairan sinovial, cairan spinal, cairan peritoneal, liur dan air susu. Biotransformasi salisilat terjadi di banyak jaringan, tetapi terutama dimikrosom dan mitokondria hati. Salisilat diekskresi dalam bentuk metabolitnya terutama ginjal, sebagian kecil melalui keringat dan empedu.
Sediaan
Aspirin tersedia dalam bentuk tablet 100 mg untuk anak dan 500 mg untuk dewasa.
Dosis
Pada nyeri dan demam oral 4 dd 0.5-1 g p.c, maks 4 g sehari, anak-anak sampai 1 tahun 10 mg/kg 3-4 dd sehari, 1-12 thn 4-6 dd, di atas 12 tahun 4 dd 320-500 mg, maks 2 g/hari. Rektal dewasa 4 dd 0.5-1 g, anak-anak sampai 2 thn 2 dd 20mg/kg, di atas 2 thn 3 dd 2o mg/kg pc.
Efek Samping
Merupakan antipiretik yang efektif namun penggunaannya pada anak dapat menimbulkan efek samping yang serius. Aspirin bersifat iritatif terhadap lambung sehingga meningkatkan risiko ulkus (luka) lambung, perdarahan, hingga perforasi (kebocoran akibat terbentuknya lubang di dinding lambung). Aspirin juga dapat menghambat aktivitas trombosit (berfungsi dalam pembekuan darah) sehingga dapat memicu risiko perdarahan). Pemberian aspirin pada anak dengan infeksi virus terbukti meningkatkan risiko Sindroma Reye, sebuah penyakit yang jarang (insidensinya sampai tahun 1980 sebesar 1-2 per 100 ribu anak per tahun), yang ditandai dengan kerusakan hati dan ginjal dengan ciri muntah hebat, termangu-mangu, gangguan pernapasan, konvulsi, dan adakalanya koma. Oleh karena itu, tidak dianjurkan untuk anak berusia < 16 tahun.
Kehamilan dan laktasi
Wanita hamil tidak dianjurkan menggunakan asetosal dalam dosis tinggi, terutama pada triwulan terakhir dan sebelum persalinan, karena lama kehamilan dan persalinan dapat diperpanjang, juga kecenderungan perdarahan meningkat.
Kendati masuk ke air susu, ibu dapat menggunakan asetosal dalam laktasi, tetapi sebaiknya secara isidentil.
3. Ibuprofen
Dosis sebesar 5-10 mg/kg/kali mempunyai efektifitas antipiretik yang setara dengan parasetamol. Sama halnya dengan aspirin dan OAINS lainnya, ibuprofen bisa menyebabkan ulkus lambung, perdarahan, dan perforasi.
Oleh karena itu, jangan berikan ibuprofen kepada:
anak demam yang dicurigai mengalami infeksi denue
anak demam yang mengalami diare dengan atau tanpa muntah.
anak berusia kurang dari 6 bulan.
4. Jenis Lainnya
Turunan pirazolon seperti fenilbutazon dan dipiron, efektif sebagai antipiretik, tetapi jauh lebih toksik (membahayakan). Di negara maju, preparat metamizole (misalnya NOVALGIN) tidak dipakai sebagai anti demam karena obat ini masuk daftar teratas reaksi anafilaksis dan bisa menyebabkan supresi sumsum tulang.
Kehamilan dan laktasi
Semua obat dari kelompok pirazolin tidak boleh digunakan selama kehamilan dan laktasi.
Terapi pendukung
Selain menggunakan obat-obat antipiretik untuk mengatasi demam, ada juga terapi pendukung yang bisa kita lakukan untuk membantu membuat anak lebih nyaman
Terapi yang Direkomendasikan
- Tingkatkan asupan cairan (ASI -dan hanya ASI untuk bayi < 6 bulan-, susu, air, kuah sup, atau jus buah). Minum banyak juga mampu menjadi pelega saluran napas dengan mengurangi produksi lendir di saluran napas.
- Jarang terjadi dehidrasi berat tanpa adanya diare dan muntah terus-menerus. Hindari makanan berlemak atau yang sulit dicerna karena demam menurunkan aktivitas lambung.
- Kenakan pakaian tipis dalam ruangan yang ventilasi udaranya baik. Tidak harus terus berbaring di tempat tidur, tetapi jangan melakukan aktivitas berlebihan.
- Mengompres dengan air hangat dapat dilakukan jika anak rewel (karena merasa sangat tidak nyaman), umumnya pada suhu sekitar 40 C. Umumnya demam akan turun dalam 30-45 menit. Namun jika anak merasa semakin tidak nyaman dengan berendam, jangan lakukan hal ini.
Terapi yang Tidak Direkomendasikan
Upaya ‘mendinginkan’ badan dengan melepas pakaian, mandi atau berbasuh air dingin, atau mengompres dengan alkohol. Jika nilai-ambang hipotalamus sudah direndahkan dengan antipiretik, upaya tersebut akan membuat tubuh menggigil sebagai usaha untuk menjaga temperatur pusat berada pada nilai-ambang yang telah disesuaikan. Selain itu alkohol dapat pula diserap melalui kulit masuk ke dalam peredaran darah dan beresiko keracunan.
0 komentar:
Posting Komentar